+44(0) 1234 567 890 info@domainname.com

Tuesday, February 10, 2015

Kekasih Impian

February 10, 2015

Share it Please


Lampu belajar masih menyala begitu terangnya. Kini Yasmin tengah berkutat dengan kertas gambar dihadapannya.  Ia sedang berpikir keras, harus dari mana dirinya akan menggoreskan pensilnya di atas kertas itu.
Yasmin sangat pandai sekali melukis, apa lagi melukiskan wajah seseorang. Dia juaranya. Malam ini ia akan melukis wajah temannya. Temannya meminta agar wajahnya dapat dilukis dengan bagus oleh Yasmin.
Yasmin mulai menggambar dengan serius. Setelah beberapa lama, lukisan itu selesai ia buat. Tapi apa yang terjadi? Yasmin kaget bukan kepalang. Bukan wajah temannya yang ia lukis, melainkan wajah Bimo yang tergambar dengan apik dikertas itu.
“oh Tuhan, kenapa jadi wajah Bimo yang aku lukis? Tuhan tolong jangan biarkan aku mengingatnya lagi.” Ucap Yasmin seraya memperhatikan lukisannya sendiri.
“lebih baik aku tidur. Pergilah Bimo, pergi! Aku sudah capek!” ujar Yasmin sambil memukul-mukul pelan kepalanya. Lalu diletakkannya lukisan itu di atas meja belajar. Segera ia menuju ke tempat tidur.
***
“Yas mana sketsa wajahku? Kamu sudah membuatnya kan?”
Yasmin tak dapat menjawab apa-apa, karena ia sudah salah melukis wajah seseorang. Bukan wajah temannya yang ia lukis tetapi wajah orang lain. “mana?” tagihnya sekali lagi.
Segera Yasmin memberikan secarik kertas yang ia bawa. Temannya pun lalu mengambilnya. Teman Yasmin marah setelah ia tahu bahwa bukan wajahnya yang dilukis oleh Yasmin. “hey aku kan menyuruhmu untuk melukis wajahku. Kenapa jadi wajah orang lain seperti ini?” tegurnya sambil mendekatkan kertas gambar itu kewajah Yasmin.
“maaf,” hanya itu yang dapat Yasmin ucapkan. Karena memang dia yang salah. Temannya pun segera pergi dan mengembalikan kertas gambar itu kepemiliknya
***
Setelah kejadian tadi pagi Yasmin masih merasa bersalah. Ia memutuskan untuk pulang tapi karena ia merasa lapar langkahnya pun diarahkan kekantin kampus. Tak sengaja saat berjalan, Yasmin bertabrakan dengan seseorang hingga membuat lukisan wajah Bimo terjatuh.
Bersamaan Yasmin dan orang tersebut mengambilnya. Entah itu sebuah kebetulan atau tidak, telapak tangan mereka saling bersentuhan dan sekejap mereka saling bertatapan, hingga membuat Yasmin kaget.
“Bimo?” ucapnya dan langsung berdiri setelah ia tahu bahwa orang yang telah ditabraknya adalah Bimo. Cowok yang pernah ia sukai, sekarang pun masih.
Bimo mengernyitkan dahinya seraya memperhatikan wajah Yasmin. “kamu mengenalku?” tanyanya.  Yasmin mengangguk pelan dengan sedikit malu-malu. “tunggu, bukankah kamu Yasmin teman SMA ku dulu? Kamu teman dekatnya Resty kan?”  tanyanya lagi. Ternyata Bimo masih mengingatnya.
“iya benar.” Jawab Tasmin dengan sumringah. Tampak rona merah muncul dikedua pipinya.
Acara ngobrol pun masih berlanjut dikantin karena Bimo mengajaknya makan siang bersama. Cukup banyak yang mereka obrolkan mulai dari kabar, kuliah, hingga pengalaman mereka masing-masing.
Yasmin tak menyangka bahwa ia dapat mengobrol dengan Bimo yang notabenya adalah kekasih idamannya.
“jangan melihatku seperti itu,” kata Yasmin membuyarkan pandangan Bimo.
“maaf. Oh ya, kamu sudah punya cowok?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Bimo dan itu cukup berhasil membuat Yasmin membelalakan matanya.
“emh, bukan mak...”
“tidak apa-apa. Aku masih jomblo kok.” Jawab Yasmin sedikit bercanda. Padahal dalam hatinya ia berharap Bimo akan menembaknya.
Setelah mengobrol cukup lama, mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tak disangka Bimo menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang. Ini untuk kedua kalinya ia mengantarkan Yasmin pulang.
“aku antar pulang boleh?”
“boleh.” Jawab Yasmin tanpa berpikir dua kali. Ini kesempatan emas dan tidak boleh ia sia-siakan begitu saja.
***
“sudah sampai Yas,” ucapnya sambil mnyunggingkan senyum yang dapat Yasmin lihat dari kaca spion.
“tampan sekali,” ucapnya dalam hati.
Yasmin segera turun dan mengucapkan terima kasih kepada Bimo karena telah mengantarkannya pulang lalu ia segera masuk ke dalam rumah.
“Yasmin tunggu!” panggil Bimo tiba-tiba. “iya, ada apa Bim?” jawabnya dengan hati yang berdebar-debar. “nanti malam kamu ada acara gak? Aku ingin mengajakmu keluar, bisa?” tanya Bimo. Sepertinya Bimo ingin menyampaikan sesuatu dan ia berharap agar Yasmin mau menerima ajakannya.
“emm...”
“aku anggap kamu mau, bye. Aku jemput jam tujuh malam ya.” Ucapnya dan berlalu pergi.
Ini pengalaman Yasmin yang pertama keluar dengan orang yang sangat dicintainya. Apakah ini sudah bisa disebut kencan? Jadian dengan Bimo saja belum. Harapnya agar Bimo mengungkapkan perasaannya nanti malam.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Yasmin sudah siap dengan penampilannya yang begitu cantik. Ia juga sudah menyiapkan mental jika nanti Bimo benar-benar mengungkapkan isi hatinya.
Terdengar suara klakson. Yasmin segera keluar dan dilihatnya Bimo yang malam ini berpenampilan begitu rapi dan sangat menawan. Ditangan kanannya terlihat Bimo memegang setangkai bunga mawar merah.
“malam ini kamu cantik sekali Yas. Ini untukmu,” puji Bimo sambil memberikan mawar tersebut.
“terimakasih untuk pujian dan bunganya,” balasnya dengan tersenyum. Setelah itu mereka berdua segera pergi.
***
Kini mereka berdua sudah sampai ketempat tujuan. ternyata Bimo membawa Yasmin kesebuah taman yang cukup indah. Banyak lampu serta air mancur yang menambah keindahan malam ini. Bimo mengajak Yasmin duduk disebuah kursi yang sudah ia siapkan sebelumnya. Meja yang tertata sangat rapi ditambah tiga lilin yang menyala membuat suasana semakin romantis.
Hening. Bimo dan Yasmin tak mampu untuk memulai perbincangan. Apa yang terjadi pada mereka? Seakan masing-masing lidah mereka kelu untuk digerakkan.
“Yas?”
“Bim?”
Panggil mereka hampir bersamaan.
“kamu duluan saja,” suruh Yasmin.
“mungkin aku terlalu cepat untuk bilang ini kekamu. Tapi, ini kenyataannya. Sebelumnya, aku memang kenal denganmu meskipun tak terlalu dekat, hufft.” Bimo menghela napas panjang lalu melanjutkan lagi ucapannya.
“aku menyukaimu Yas, pandangan tadi pagi tidak dapat memungkiri kalau aku sudah jatuh cinta sama kamu.” Yasmin dibuat kaget dengan pernyataan Bimo. Meskipun ini terlalu cepat tapi ini menjadi kesempatan emas bagi Yasmin untuk menyatakan hal yang sama kepada Bimo.
“asal kamu tahu, aku lebih dulu menyukaimu dari kita masih SMA. Sudah lama aku pendam ini semua. Aku takut mengungkapkannya kepadamu Bim. Apa lagi setelah aku tahu bahwa Resty juga menyukaimu. Aku hanya ingin persahabatanku dengan Resty baik-baik saja. Saat kita sudah lulus ternyata dia tidak benar-benar menyukaimu. Mulai saat itu aku merasa menyesal.” Cerita Yasmin dengan kepala yang ia tundukkan. Dipeganglah dagu Yasmin lalu Bimo sedikit mendongakkannya dan kini pandangan mereka saling bertemu.
“untuk kali ini kamu tidak perlu takut lagi Yas dan sekarang penyesalanmu berbuah manis. Aku mencintaimu Yas, benar-benar mencintaimu. I love you Yasmin.” Ucap Bimo dan langsung memeluk Yasmin. Butiran bening membasahi kedua pipi Yasmin. Ia merasa sangat bahagia malam ini. “I love you too.” Balasnya sambil memeluk Bimo kekasih impiannya. Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras hingga membuat tubuhnya basah kuyup.
Terlihat wanita paruh baya tengah sibuk membangunkan putrinya dari tidur sambil memercik-mercikan air kewajah putrinya. Yasmin yang merasa wajahnya basah mulai bangun dari alam mimpinya. “Bimo.” Teriakknya.
“Bimo, Bimo. Bangun! Ini sudah jam berapa? Katanya hari ini ada ujian. Cepat sana mandi! Nanti telat.” Ucap wanita paruh baya itu yang ternyata ibu Yasmin.
“iya, iya.” Jawabnya dengan malas. Yasmin baru sadar ternyata ia hanya bermimpi. “hanya mimpi? Aku kira ini nyata. Kalau saja aku tahu ini hanya mimpi pasti aku tidak akan bangun.” Gerutunya.
I love you  Bim.” Ucapnya lirih. Lukisan wajah Bimo masih terletak rapi di atas meja belajarnya.
“Bimo memang nyata. Tapi cintanya untukku? Belum tentu.” Lanjutnya dan segera bersiap-siap berangkat kuliah.
(Hilda Rahma : akudanceritaq.blogspot.com)

0 Comments:

Post a Comment