Lampu belajar masih menyala begitu terangnya. Kini Yasmin tengah berkutat dengan kertas gambar dihadapannya. Ia sedang berpikir keras, harus dari mana dirinya akan menggoreskan pensilnya di atas kertas itu.
Yasmin
sangat pandai sekali melukis, apa lagi melukiskan wajah seseorang. Dia
juaranya. Malam ini ia akan melukis wajah temannya. Temannya meminta agar
wajahnya dapat dilukis dengan bagus oleh Yasmin.
Yasmin
mulai menggambar dengan serius. Setelah beberapa lama, lukisan itu selesai ia buat.
Tapi apa yang terjadi? Yasmin kaget bukan kepalang. Bukan wajah temannya yang
ia lukis, melainkan wajah Bimo yang tergambar dengan apik dikertas itu.
“oh
Tuhan, kenapa jadi wajah Bimo yang aku lukis? Tuhan tolong jangan biarkan aku
mengingatnya lagi.” Ucap Yasmin seraya memperhatikan lukisannya sendiri.
“lebih
baik aku tidur. Pergilah Bimo, pergi! Aku sudah capek!” ujar Yasmin sambil
memukul-mukul pelan kepalanya. Lalu diletakkannya lukisan itu di atas meja
belajar. Segera ia menuju ke tempat tidur.
***
“Yas
mana sketsa wajahku? Kamu sudah membuatnya kan?”
Yasmin
tak dapat menjawab apa-apa, karena ia sudah salah melukis wajah seseorang.
Bukan wajah temannya yang ia lukis tetapi wajah orang lain. “mana?” tagihnya
sekali lagi.
Segera
Yasmin
memberikan secarik kertas yang ia bawa. Temannya pun lalu mengambilnya.
Teman Yasmin marah setelah ia tahu bahwa bukan wajahnya yang dilukis
oleh Yasmin. “hey aku kan menyuruhmu untuk melukis wajahku. Kenapa jadi
wajah orang
lain seperti ini?” tegurnya sambil mendekatkan kertas gambar itu kewajah
Yasmin.
“maaf,”
hanya itu yang dapat Yasmin ucapkan. Karena memang dia yang salah. Temannya pun
segera pergi dan mengembalikan kertas gambar itu kepemiliknya
***
Setelah
kejadian tadi pagi Yasmin masih merasa bersalah. Ia memutuskan untuk pulang
tapi karena ia merasa lapar langkahnya pun diarahkan kekantin kampus. Tak
sengaja saat berjalan, Yasmin bertabrakan dengan seseorang hingga membuat
lukisan wajah Bimo terjatuh.
Bersamaan
Yasmin dan orang tersebut mengambilnya. Entah itu sebuah kebetulan atau tidak,
telapak tangan mereka saling bersentuhan dan sekejap mereka saling bertatapan,
hingga membuat Yasmin kaget.
“Bimo?”
ucapnya dan langsung berdiri setelah ia tahu bahwa orang yang telah ditabraknya
adalah Bimo. Cowok yang pernah ia sukai, sekarang pun masih.
Bimo
mengernyitkan dahinya seraya memperhatikan wajah Yasmin. “kamu mengenalku?”
tanyanya. Yasmin mengangguk pelan dengan
sedikit malu-malu. “tunggu, bukankah kamu Yasmin teman SMA ku dulu? Kamu teman
dekatnya Resty kan?” tanyanya lagi.
Ternyata Bimo masih mengingatnya.
“iya
benar.” Jawab Tasmin dengan sumringah. Tampak rona merah muncul dikedua
pipinya.
Acara
ngobrol pun masih berlanjut dikantin karena Bimo mengajaknya makan siang
bersama. Cukup banyak yang mereka obrolkan mulai dari kabar, kuliah, hingga
pengalaman mereka masing-masing.
Yasmin
tak menyangka bahwa ia dapat mengobrol dengan Bimo yang notabenya adalah
kekasih idamannya.
“jangan
melihatku seperti itu,” kata Yasmin membuyarkan pandangan Bimo.
“maaf.
Oh ya, kamu sudah punya cowok?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Bimo
dan itu cukup berhasil membuat Yasmin membelalakan matanya.
“emh,
bukan mak...”
“tidak
apa-apa. Aku masih jomblo kok.” Jawab Yasmin sedikit bercanda. Padahal dalam
hatinya ia berharap Bimo akan menembaknya.
Setelah
mengobrol cukup lama, mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tak disangka Bimo
menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang. Ini untuk kedua kalinya ia
mengantarkan Yasmin pulang.
“aku
antar pulang boleh?”
“boleh.”
Jawab Yasmin tanpa berpikir dua kali. Ini kesempatan emas dan tidak boleh ia
sia-siakan begitu saja.
***
“sudah
sampai Yas,” ucapnya sambil mnyunggingkan senyum yang dapat Yasmin lihat dari
kaca spion.
“tampan
sekali,” ucapnya dalam hati.
Yasmin
segera turun dan mengucapkan terima kasih kepada Bimo karena telah
mengantarkannya pulang lalu ia segera masuk ke dalam rumah.
“Yasmin
tunggu!” panggil Bimo tiba-tiba. “iya, ada apa Bim?” jawabnya dengan hati yang
berdebar-debar. “nanti malam kamu ada acara gak? Aku ingin mengajakmu keluar,
bisa?” tanya Bimo. Sepertinya Bimo ingin menyampaikan sesuatu dan ia berharap
agar Yasmin mau menerima ajakannya.
“emm...”
“aku
anggap kamu mau, bye. Aku jemput jam tujuh malam ya.” Ucapnya dan berlalu
pergi.
Ini
pengalaman Yasmin yang pertama keluar dengan orang yang sangat dicintainya. Apakah ini sudah bisa disebut kencan? Jadian
dengan Bimo saja belum. Harapnya agar Bimo mengungkapkan perasaannya nanti
malam.
Kini
waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Yasmin sudah siap dengan
penampilannya yang begitu cantik. Ia juga sudah menyiapkan mental jika nanti
Bimo benar-benar mengungkapkan isi hatinya.
Terdengar
suara klakson. Yasmin segera keluar dan dilihatnya Bimo yang malam ini
berpenampilan begitu rapi dan sangat menawan. Ditangan kanannya terlihat Bimo
memegang setangkai bunga mawar merah.
“malam
ini kamu cantik sekali Yas. Ini untukmu,” puji Bimo sambil memberikan mawar
tersebut.
“terimakasih
untuk pujian dan bunganya,” balasnya dengan tersenyum. Setelah itu mereka
berdua segera pergi.
***
Kini
mereka berdua sudah sampai ketempat tujuan. ternyata Bimo membawa Yasmin
kesebuah taman yang cukup indah. Banyak lampu serta air mancur yang menambah
keindahan malam ini. Bimo mengajak Yasmin duduk disebuah kursi yang sudah ia siapkan
sebelumnya. Meja yang tertata sangat rapi ditambah tiga lilin yang menyala
membuat suasana semakin romantis.
Hening.
Bimo dan Yasmin tak mampu untuk memulai perbincangan. Apa yang terjadi pada
mereka? Seakan masing-masing lidah mereka kelu untuk digerakkan.
“Yas?”
“Bim?”
Panggil
mereka hampir bersamaan.
“kamu
duluan saja,” suruh Yasmin.
“mungkin
aku terlalu cepat untuk bilang ini kekamu. Tapi, ini kenyataannya. Sebelumnya,
aku memang kenal denganmu meskipun tak terlalu dekat, hufft.” Bimo menghela
napas panjang lalu melanjutkan lagi ucapannya.
“aku
menyukaimu Yas, pandangan tadi pagi tidak dapat memungkiri kalau aku sudah
jatuh cinta sama kamu.” Yasmin dibuat kaget dengan pernyataan Bimo. Meskipun
ini terlalu cepat tapi ini menjadi kesempatan emas bagi Yasmin untuk menyatakan
hal yang sama kepada Bimo.
“asal
kamu tahu, aku lebih dulu menyukaimu dari kita masih SMA. Sudah lama aku pendam
ini semua. Aku takut mengungkapkannya kepadamu Bim. Apa lagi setelah aku tahu
bahwa Resty juga menyukaimu. Aku hanya ingin persahabatanku dengan Resty
baik-baik saja. Saat kita sudah lulus ternyata dia tidak benar-benar
menyukaimu. Mulai saat itu aku merasa menyesal.” Cerita Yasmin dengan kepala
yang ia tundukkan. Dipeganglah dagu Yasmin lalu Bimo sedikit mendongakkannya
dan kini pandangan mereka saling bertemu.
“untuk
kali ini kamu tidak perlu takut lagi Yas dan sekarang penyesalanmu berbuah
manis. Aku mencintaimu Yas, benar-benar mencintaimu. I love you Yasmin.” Ucap Bimo dan langsung memeluk Yasmin. Butiran
bening membasahi kedua pipi Yasmin. Ia merasa sangat bahagia malam ini. “I love you too.” Balasnya sambil memeluk
Bimo kekasih impiannya. Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras hingga
membuat tubuhnya basah kuyup.
Terlihat
wanita paruh baya tengah sibuk membangunkan putrinya dari tidur sambil
memercik-mercikan air kewajah putrinya. Yasmin yang merasa wajahnya basah mulai
bangun dari alam mimpinya. “Bimo.” Teriakknya.
“Bimo,
Bimo. Bangun! Ini sudah jam berapa? Katanya hari ini ada ujian. Cepat sana
mandi! Nanti telat.” Ucap wanita paruh baya itu yang ternyata ibu Yasmin.
“iya,
iya.” Jawabnya dengan malas. Yasmin baru sadar ternyata ia hanya bermimpi.
“hanya mimpi? Aku kira ini nyata. Kalau saja aku tahu ini hanya mimpi pasti aku
tidak akan bangun.” Gerutunya.
“I love you
Bim.” Ucapnya lirih. Lukisan wajah Bimo masih terletak rapi di atas
meja belajarnya.
“Bimo
memang nyata. Tapi cintanya untukku? Belum tentu.” Lanjutnya dan segera
bersiap-siap berangkat kuliah.
(Hilda Rahma : akudanceritaq.blogspot.com)
(Hilda Rahma : akudanceritaq.blogspot.com)



0 Comments:
Post a Comment